MustikaKuda Sembrani, ilmu kuda sembrani, poto kuda sembrani, keris kuda sembrani, kuda sembrani gunung lawu, asal usul kuda sembrani, kuda sembrani di palestina, batu kuat sek, batu akik kuat sek, mustika pembangkit birahi wanita, jimat kuat sek, mustika kuat bersetubuh, batu kuat lelaki, mustika kuat zakar, cincin tahan mani
Sebetulnya, Gunung Permoni dan lokasi-lokasi unik bersejarah lain di sekitarnya hanyalah bonus dari kegiatan bersepeda santai ala SPSS pada hari Sabtu pagi 29/1/2011. Agenda utamanya sendiri adalah menelusuri keberadaan 3 jembatan gantung yang ada di seputaran Kabupaten Bantul, DI rame-rame menelusuri jembatan-jembatan gantung yang ada di Bantul. Jarum jam belum melewati angka 9 pagi tatkala kami semua tiba dengan selamat di Desa Trimulyo di Kecamatan Jetis. Saat sedang berhenti untuk beristirahat, kami mendapatkan informasi dari warga setempat tentang lokasi menarik yang letaknya nggak begitu jauh dari sana. Nggak hanya itu, kami juga turut mendapatkan mitos mengenai asal-usul lokasi menarik tersebut. Bilamana dirangkum, kiranya ceritanya bakal seperti di bawah tersebutlah seorang Raja Kesultanan Mataram bernama Sultan Agung. Suatu ketika, beliau mendapat petunjuk gaib untuk mengangkat seseorang bernama Ki Bodho menjadi abdi kerajaan agar Kesultanan Mataram menjadi makmur dan Sultan Agung memerintahkan abdi-abdinya untuk mencari orang yang bernama Ki Bodho. Singkat cerita, orang yang bernama Ki Bodho pun ditemukan dan menghadaplah dirinya ke Sultan Bodho awalnya menolak kehendak Sultan Agung yang ingin mengangkatnya sebagai abdi kerajaan. Itu sebab sesuai namanya, Ki Bodho ini ya memang terkenal bodoh duh, tidak pantas lah bila jadi abdi kerajaan. Akan tetapi, setelah dibujuk-rayu akhirnya Ki Bodho bersedia menerima tawaran Sultan Agung petunjuk gaib yang diterimanya, Sultan Agung pun meminta saran kepada Ki Bodho bagaimana caranya agar Kesultanan Mataram bisa makmur dan sejahtera. Ki Bodho pun mengusulkan supaya Kesultanan Mataram memelihara seekor kuda sembrani, yakni kuda sakti yang bisa bergerak secepat kuda sembrani hanya bisa ditemukan di Mekkah. Namun, yang demikian itu bukan masalah bagi Sultan Agung yang juga sakti untuk kemudian mengusung kuda sembrani ke Kesultanan Mataram. Semenjak saat itu, Ki Bodho pun diserahkan tanggung-jawab untuk merawat sang kuda ketika, Ki Bodho lalai dan kuda sembrani pun kabur dari kandangnya. Permaisuri Sultan Agung bernama Gusti Ratu Puteri mengetahui kejadian tersebut. Ia pun lantas berlari mengejar sang kuda sembrani. Tapi, karena kegesitan serta kesaktian kuda sembrani, Gusti Ratu Puteri pun tidak sanggup mengimbanginya. Apalagi, saat itu Gusti Ratu Puteri sedang dekat suatu gunung, Gusti Ratu Puteri yang kelelahan menghentikan larinya. Saat itu pulalah Gusti Ratu Puteri menyadari bahwa bayi di dalam kandungannya meninggal dunia. Remuklah hati Gusti Ratu Puteri. Betapa sedihnya ia menerima kenyataan pahit tengah kesedihannya itu, muncullah seorang wanita cantik yang memperkenalkan diri sebagai Ratu Permoni. Ia menjanjikan bisa menangkap sang kuda sembrani asalkan Gusti Ratu Puteri bersedia memenuhi pikir panjang, Gusti Ratu Puteri mengiyakan permintaan Ratu Permoni. Oleh Ratu Permoni, diperintahkannya Gusti Ratu Puteri untuk pulang ke keraton Kesultanan Mataram. Tak disangka, sesampainya Gusti Ratu Puteri di keraton, ia menemukan kuda sembrani sudah terikat di sangka, sebenarnya Ratu Permoni tak lain dan tak bukan adalah Ratu Pantai Selatan. Sedangkan permintaannya adalah menjadi istri dari Sultan Agung dan mungkin seluruh raja dari Kesultanan Mataram.Panjang juga ya ceritanya? Nah, itulah sekelumit cerita tentang Gunung Permoni yang ada di Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Gunung gamping ini berdiri kokoh di tengah-tengah pemukiman warga. Adapun untuk mencapai Gunung Permoni bisa dengan melalui Jl. Jogja – Pleret. Melewati kota Kecamatan Pleret ke arah Desa Segoroyoso. Rute perjalanan yang lebih jelas bisa tanya warga Pleret. Soalnya waktu itu kami memilih rute blusukan kampung, hehehe .Suasana pagi di desa Trimulyo, sekitar Gunung Permoni, kita bisa menjumpai lokasi-lokasi yang berhubungan dengan mitos di atas. Ada Petilasan Batu Sembrani, yang konon adalah runway yang digunakan kuda sembrani untuk terbang kabur dari kandangnya. Ada pula Petilasan Batu Tetes yang merupakan tempat gugurnya kandungan Gusti Ratu Puteri. Ceritanya, air mata Gusti Ratu Puteri yang sedih mewujud menjadi suatu mata Kuda Sembrani, bekas tapak kaki tetes, itu airnya keluar dari batu lho!Menyempatkan berhenti dan membasuh wajah dulu. Di sekitar Gunung Permoni ini memang bisa ditemui beragam batu-batu unik. Bagi warga setempat, keberadaan batu-batu tersebut tak lepas dari kisah Sultan Agung. Konon, Gunung Permoni ini adalah salah satu tempat peristirahatan favorit Sultan unik lainnya adalah sebuah gua yang ada di puncak Gunung Permoni yang bernama Gua Permoni. Gua ini adalah bekas penambangan batu gamping. Oleh sebab itu, kontur batuan di dalam gua terlihat tidak alami. Terpahat berundak-undak, hasil karya para penambang. Tapi kok ya malah jadi artistik ya? Kalau nggak mendekat, nggak bakal tahu kalau di sana itu ada unik. Patut disayangkan sih karena ya ulah manusia yang merusak alam. Foto rame-rame dulu. Kayaknya enak tuh nyebur. Tapi....Oh iya, Gua Permoni ini tergenang air lho! Aku nggak tahu, apakah air ini memang sudah ada semenjak dulu ataukah baru muncul setelah ada penambangan. Yang jelas, di kolam gua ini hidup ikan keramat menurut papan peringatan di dekat gua yang berwarna putih. Sayang banget ini lokasi mistis. Padahal sepertinya asik berenang di sini. >.
PusakaDunia yang paling banyak dicari di google antara lain kuda sembrani gunung lawu, kuda sembrani di palestina, penampakan kuda sembrani, zakar kuat dan besar, ilmu zakar besar, mantra kuda sembrani,pelet kuda sembrani. Tags: Mustika Kuda Sembrani. Mustika Kuda Sembrani. Berat: 0.02 kg: Kondisi: Baru:
Kuda Sembrani adalah hewan mitologi yang diambil dari cerita legenda masyarakat Nusantara yang menggambarkan seekor kuda bersayap yang dapat terbang dan sangat berani. Kuda ini dipercaya berbentuk seperti mitologi Yunani yaitu Unicron. Kuda ini apabila di dunia nyata dipercaya akan menjadi mustika. Dalam cerita pewayangan kuda Sembrani adalah kuda tunggangan Batara Wisnu. Sementara menurut hikayat rakyat Jawa, Sembrani merupakan alat transportasi bagi raja, ratu dan senopati yang konon menurut cerita bila bepergian selalu menggunakan kuda Sembrani agar dapat dengan mudah dan cepat sampai ditujuan. Dipercaya Kuda Sembrani adalah tunggangan para raja-raja Indonesia jaman dahulu untuk melakukan teleportasi karena mitosnya sekali kepakan sayap kuda Sembrani, bisa berjalan sejauh ratusan kilomater. Kisah Tanah Jawa dalam video Youtube mengatakan bahwa raja-raja menggunakan kuda ini untuk berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah. Sejarah Kuda Sembrani menurut Jawa dan Islam Dahulu kala di tanah Jawa ada suatu kerajaan besar yang bernama Mataram. Kerajaan Mataran waktu itu diperintah oleh seorang raja yang sangat sakti, bergelar Sultan Agung. Suatu hari di sela-sela tapa bratanya, Kanjeng Sultan Agung mendapat wisik petunjuk gaib berupa suara yang membisikkan agar ia mempekerjakan seorang abdi yang bernama Ki Bodho. Apabila ia telah mempekerjaan Ki Bodho, maka Kerajaan Mataram akan tenteram, damai, dan segenap rakyatnya dapat hidup sejahtera. Setelah mendapat wisik tersebut segeralah Kanjeng Sultan Agung menyebar para abdinya ke seluruh wilayah Kerajaan Mataram untuk mencari seseorang yang bernama Ki Bodho. Setelah orang yang bernama Ki Bodho itu diketemukan dan dihadapkan pada raja, Sultan pun segera berkata, “Ki, aku ingin minta bantuanmu untuk mengusahakan agar ketenteraman seluruh negeri dan kesejahteraan hidup seluruh rakyat dapat terjamin.” “Ampun, baginda,” kata Ki Bodho. “Hamba ini hanyalah orang bodho bodoh dan tidak tahu apa-apa. Bagaimana hamba dapat membantu baginda membuat negeri menjadi tenteram dan sekaligus mensejahterakan rakyat.” “Jangan begitu, Ki,” kata baginda lagi. “Aku tahu, bahwa Ki Bodho memiliki kelebihan. Maukah Ki Bodho menyumbang sesuatu untuk kepentingan negara dan rakyat?” “Kalau baginda yang memerintahkan, apapun yang harus hamba lakukan, hamba tidak akan mengelak,” kata Ki Bodho. “Bagaimana kalau tugas berat?” tanya baginda. “Bagaimana pun beratnya, hamba selalu sendika melaksanakannya,” kata Ki Bodho. “Jadi, Ki Bodho bersedia menjadi abdiku?” tanya baginda. “Kalau Kanjeng Sultan menghendaki, hamba siap untuk menjadi abdi bagi Kanjeng Sultan,” kata Ki Bodho. “Setelah kamu menyatakan kesanggupan sebagai abdiku, maka sekarang aku minta agar kamu memberi saran untuk meningkatkan ketenteraman negeri dan kesejahteraan segenap rakyat,” kata baginda. Setelah berpikir sejenak, Ki Bodho pun berkata, “Sebaiknya baginda memelihara seekor kuda Sembrani.” Kanjeng Sultan segera saja menerima saran dari Ki Bodho, padahal kuda sembrani kuda yang mempunyai sayap dan dapat terbang konon hanya terdapat di Mekkah saja. Namun, bagi Kanjeng Sultan Agung pergi ke Mekkah untuk mengambil kuda sembrani bukanlah hal yang mustahil, sebab kabarnya setiap hari Jumat ia selalu pergi ke Mekkah untuk menunaikan sholat Jumat. Singkat cerita, Kanjeng Sultan Agung segera pergi ke Mekkah untuk membeli kuda sembrani. Sesampainya kembali ke Mataram, kuda tersebut lalu diserahkan kepada Ki Bodho yang diserahi tugas sebagai pekathik abdi dalem yang bertugas memelihara dan mencari rumput untuk makan kuda istana. Ternyata Ki Bodho juga memiliki kemampuan yang luar biasa, sebab rupanya sang kuda sembrani itu lebih senang makan rumput dari tanah Arab daripada rumput yang ada di Kerajaan Mataram. Oleh karena itu, untuk memberi makan kuda sembrani peliharaan Sultan, ia setiap hari harus pergi ke Mekkah untuk mencari rumput. Kelakuan Ki Bodho yang setiap hari pergi ke Mekkah ini secara tidak sengaja beberapa kali terlihat oleh Kanjeng Sultan. Hal ini terjadi ketika Kanjeng Sultan tengah menunaikan sholat Jumat di Mekkah. Sebelum masuk ke masjid ia selalu melihat sebuah keranjang dan caping tudung kepala sejenis topi yang terbuat dari babu khas Kerajaan Mataram yang teronggok di pagar samping masjid. Karena penasaran, pada suatu hari seusai bersembahyang Jumat, Kanjeng Sultan langsung mendekati caping dan keranjang itu lalu mencoretinya dengan injet kapur sirih. Selesai memberi tanda pada keranjang dan caping itu dengan injet. Kanjeng Sultan Agung segera pulang ke Mataram. Sesampai di Keraton Mataram, ternyata Ki Bodho sudah asyik memberi makan Kuda Sembrani. Baginda lalu mendekat sambil mengamati keranjang dan caping Ki Bodho. Ternyata keranjang dan caping itu ada tandanya ijet. Jelaslah, kerancang dan caping itu adalah keranjang dan caping yang tadi dicoretnya di depan Masjid Mekkah. Dengan peristiwa itu, tahulah baginda bahwa Ki Bodho adalah seorang sakti yang memiliki kemampuan luar biasa. Suatu hari, ternyata Kuda Sembrani itu dapat lolos dari kandangnya, padahal palang-palang pintu kandang itu sudah ditutup kokoh. Rupanya mereka lupa, bahwa Kuda Sembrani itu dapat terbang sehingga dapat dengan mudah melarkan diri melalui tutup keyong[1] pada kandang itu. Lolosnya Kuda Sembrani itu, membuat sedih hati Gusti Ratu Puteri, permaisuri Kanjeng Sultan Agung. Cepat-cepat Gusti Ratu Puteri berlari, maksudnya akan mengejar Kuda Sembrani. Namun, karena waktu itu Gusti Ratu sedang mengandung, maka larinya pun menjadi tersendat-sendat. Melihat hal itu Ki Bodho segera berkata, “Jangan, Gusti. Jangan berlari mengejar kuda itu,” kata Ki Bodho kepada Gusti Ratu Puteri. “Kuda itu dapat terbang. Tak mungkin Gusti dapat mengejarnya.” “Kuda itu adalah klangenanku. Bagaimanapun, aku harus mengejarnya,” jawab Gusti Ratu Puteri “Serahkan saja tugas itu kepada hamba,” kata Ki Bodho. “Hamba sanggup membawa kembali kuda itu ke keraton.” “Tidak, Ki. Aku harus menangkap kuda itu,” kata Gusti Puteri sambil terus berlari Sementara itu, Kuda Sembrani yang lolos dari kandang itu terus terbang ke arah selatan, dan Gusti Ratu Puteri lari sekencang-kencangnya mengejar kuda itu. Karena dipergunakan untuk berlari kencang mengejar Kuda Sembrani itu, maka gugurlah kandungan Gusti Ratu Puteri. Tempat gugurnya kandungan Gusti Ratu Puteri itu, lalu dinamakan Banyu Tetes terletak di Gunung Permoni, sebelah selatan Plered, wilayah Kota Gede. Di tempat itu kemudian dibuatkan sebuah cungkup. Jadi, cungkup yang terletak di Gunung Permoni itu, bukanlah makan seseorang, melainkan tempat untuk menguburkan kandungan Gusti Ratu Puteri yang gugur. Saat Gusti Puteri menyesali perbuatannya, tiba-tiba muncullah dihadapannya seorang wanita yang canti jelita. Terkejutlah Gusti Ratu Puteri, menyaksikan kehadiran wanita yang sangat tiba-tiba itu. “Hai, siapakah kamu?” bertanya Gusti Ratu Puteri dengan sangat terkejut. “Hamba mengetahui, bahwa Gusti Ratu Puteri mengejar-ngejar kuda sembrani itu,” kata wanita yang berdiri di depan Gusti Ratu Puteri. “Siapakah kau?” tanya Gusti Ratu Puteri lagi. “Hamba sanggup menangkapnya dan mengembalikannya ke keraton, asal Gusti Ratu Puteri bersedia mengabulkan permohonan hamba,” kata wanita itu lagi. “Apapun yang kau minta akan kuberikan, asal kuda kesayanganku itu dapat kembali,” kata Gusti Ratu Puteri. “Baiklah kalau begitu,” kata wanita itu. “Siapakau kau?” tanya Gusti Ratu Puteri. “Hamba itu Ratu Permoni[2],” jawab wanita itu. “Sekarang saya harap Gusti Ratu Puteri pulang ke keraton. Hamba akan mengantarkan kuda itu ke keraton.” “Apakah yang kau minta, untuk imbalan jerih payahmu itu?” tanya Gusti Ratu Puteri. “Hamba ingin diperisteri oleh Kanjeng Sultan Agung,” jawab Ratu Permoni. Mendengar jawaban itu, tertegunlah Gusti Ratu Puteri. Tetapi sudah terlanjur. Beliau sudah menyanggupi. Pada waktu Gusti Ratu Puteri kembali ke keraton, Kuda Sembrani klangenan baginda dan Gusti Ratu Puteri, ternyata telah sampai di Keraton. Sejak itu, maka Ratu Permoni atau Kanjeng Ratu Kidul, menjadi isteri Kanjeng Sultan Agung. Sumber Diadaptasi bebas dari Suwondo, Bambang. 1981. Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
. 434 327 174 434 217 361 442 396
kuda sembrani gunung lawu